INILAH.COM, Jakarta – Dalam sepekan terakhir, bursa saham Asia, Eropa dan AS kompak melaju pada teritori positif. Inilah sentimen-sentimen yang mempengaruhinya.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, indeks saham Asia mampu memperbaiki posisi pelemahannya sepanjang pekan. “Indeks saham Asia mencoba untuk rebound setelah tertekan sangat dalam dan memasuki area oversold-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan.
Di awal pekan, lanjut dia, setelah sentimen dari hasil pertemuan The Fed sebelumnya mulai berkurang, kali ini justru sentimen negatif datang dari internal Asia dengan melambatnya ekonomi China yang disertai dengan krisis likuiditas perbankannya.
Kondisi itu, diperparah oleh penilaian Goldman Sachs Group Inc yang memangkas pertumbuhan untuk China di tahun 2013 dari 7,8% menjadi 7,4%. “Pemangkasan outlook ini semakin menyuramkan laju indeks saham Asia,” ujarnya.
Langkah People's Bank of China (PBoC) yang menahan diri untuk menjual surat berharganya, untuk menambah likuiditas di perbankan turut direspons negatif. “Tetapi, sikap PBoC berubah yang akhirnya mau mengambil langkah yang proaktif dalam mengatasi krisis likuiditas tersebut dan menjaga suku bunga agar stabil di kisaran tertentu,” papar dia.
Apalagi, dengan positifnya rilis data-data ekonomi AS yang di atas estimasi. Ada juga rencana para petinggi di Taiwan yang akan memangkas pajak capital gain. Rilis pertumbuhan AS yang lebih lambat dari estimasi sehingga menimbulkan spekulasi The Fed masih akan mempertahankan stimulus moneternya.
“Belum lagi dengan rilis peningkatan current account Korea Selatan, serta kenaikan business confidence New Zealand turut disambut positif pelaku pasar,” tuturnya.
Begitu juga dengan bursa saham Eropa yang mampu menghijau sepanjang pekan kemarin meski sempat terjebak di zona merah. “Di awal pekan, bursa saham Eropa pun ikut terimbas turbulensi negatif dari sentimen yang ada, terutama dari berita negatif terkait ekonomi China,” ungkap dia.
Variatif cenderung positifnya rilis data-data ekonomi Jerman dan naiknya consumer confidence Italia belum cukup mampu mengimbangi awan negatif yang ada. “Turunnya harga sejumlah obligasi di kawasan zona euro setelah pada pertemuan para Menteri Keuangan di akhir pekan sebelumnya yang gagal menyepakati penetapan kerugian pada failed bank sebagai bagian dari aturan yang pernah diusulkan pada resolusi perbankan dan pemulihan turut direspon negatif,” papar Reza.
Kondisi berubah setelah pasar merespons rilis data-data AS yang naik di atas estimasi. Pasar juga mendapat angin segar dari adanya laporan terakhir dari China di mana PboC akan proaktif dalam mengatasi krisis likuiditas di perbankan China.
Lalu, pernyataan Presiden European Central Bank (ECB), Mario Draghi, ekonomi zona euro masih membutuhkan kebijakan moneter yang longgar dari ECB dan harapan stimulus moneter disertai perbaikan di pasar keuangan yang akan mendukung pemulihan pada akhir tahun ini.
Jelang akhir pekan, laju bursa saham Eropa pun masih melanjutkan laju positif setelah pelaku pasar merespons positif rilis data ekonomi AS. Krisis likuiditas perbankan di China mereda. Rilis kenaikan consumer confidence di Jerman.
Sentimen itu diperkuat oleh pernyataan dari BoE yang akan tetap mempertahankan stimulusnya; kenaikan business confidence Denmark; dan penurunan unemployment rate Jerman. Semua itu, dapat direspons positif meski terdapat sentimen negatif dari penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) Perancis.
Bursa saham AS mampu bangkit sepanjang pekan, meski di akhir pekan sempat mampir ke zona merah. Bursa saham AS pun tidak jauh berbeda ikut melemah di awal pekan setelah terimbas pelemahan bursa saham Asia dan Eropa.
Bahkan komentar Kepala The Fed Dallas, Richard Fisher, bahwa investor seharusnya tidak bereaksi berlebihan terhadap rencana untuk memperlambat pembelian obligasi justru ditanggapi negatif. “Saat itu, para investor masih memperhitungkan dampak kemungkinan pengurangan stimulus oleh bank sentral AS,” ucap Reza.
Bursa saham AS mulai rebound setelah rilis durable goods orders dan rilis data-data ekonomi lainnya yang menunjukkan peningkatan di atas estimasi seperti yang diharapkan The Fed dengan mengurangi stimulusnya dan meredanya kecemasan mengenai pengetatan kredit di China.
Adanya rilis perekonomian AS yang tumbuh lebih lambat dari yang diprediksikan pada Kuartal I-2013 dan rilis data-data ekonomi lainnya yang juga memperlihatkan bahwa laju ekonomi AS bertumbuh lebih lambat justru mendapat respons positif. “Sebab, melambatnya data-data AS menimbulkan spekulasi The Fed akan mempertimbangkan kembali paket stimulus,” imbuh Reza.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.